Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani

Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan kerananya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memerhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bahagianmu menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya, dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).

Kamis, 30 April 2009

SUFIESME

Mencintai Tuhan



Siapa saja yang mempelajari bentuk lahir sholat dan ibadah. Sufisme berusaha membangun hati yang bisa sholat.

===

Apapun yang ada di benakmu—lupakan ; papapun yang ada di tanganmu—berikan; apapun yang menjadi suratanmu—hadapi !

===

Kemarin kemabukan menghantarku

Ke pintu Cinta.

Tapi hari ini tak bisa kutemukan

Pintu ataupun rumahnya.

Tuhan lalu aku dulu punya dua sayap.

Ketakutan dan harapan.

Hari ini, aku tak tahu tentang sayap,

Tak tahu bagaimana terbang,

Tak tahu takutku yang hilang.

===

Yang kami ceritakan tak akan pernah ditemukan dengan mencari, mesli hanya pencarilah yang menemukannya.

Mereka yang menatapi Jalan ini tak lagi mendambakan istana megah dan taman yang indah.

Di dalam hati mereka tiada apapun selain perih merindu cinta akan Tuhan.

===

Sufi adalah orang yang pikirannya selalu selangkah dengan kakinya.

Ia hadir seutuhnya; jiwanya ada ditempat raganya berada, dan raganya ada di tempat jiwanya berada, dan jiwanya ada di tempat kakinya berada, dan kakinya ada di tempat jiwanya berada.

Perjalanan dari dunia ini ke dunia berikutnya (menyudahi hal-hal duniawi demi hal-hal spiritual) mudah belaka bagi orang beriman. Perjalanan dari ciptaan menuju Pencipta, sukar. Perjalanan dari diri menuju Tuhan, sangat sukar. Dan agar bisa menetap dalam tuhan, lebih sukar lagi.

===

“Aku” dan “kau” hanyalah kisi-kisi,

Pada ceruk sebuah lampu

Lewat mana Cahaya Tunggal memancar.

“Aku” dan “kau” adalah tabir

Antara langi dan bumi;

Angkatlah tabir ini, maka kau akan lihat

Tak ada lagi mazhab dan sekte-sekte

===

Jika kata-kata lahir dari hati, maka ia akan masuk ke hati, tapi jika berasal dari lidah, ia hanya akan berhenti di telinga.

===

Pertolongan Allah datang tak terduga,

Tapi hanya untuk hati yang waspada.

Jangan gantungkan harapanmu pada manusia,

Sebab kau akan terluka

Gantungkanlah harapanmu pada Allah

Maka kau kau akan diselamatkan.

===

Oarng suci sejati berbaur di tengah masyarakat, makan dan tidur bersama mereka, berjual-beli di pasar, berkeluarga dan turut dalam pergaulan sosial, dan tidak melalaikan Allah walau sekejap.

===

Dunia yang meleleh



Jiwa haruslah merawat raga, layaknya peziarah yang menempuh perjalanan ke Mekah merawat untanya; tetapi jika peziarah itu menghabiskan seluruh waktunya untuk member makan dan memuja-muja untanya, maka kafilah akan meninggalkannya, dan ia akan binasa di tengah gurun.

===

Boleh saja orang tertidur, tetapi ia harus terjaga dengan cara yang benar. Yang paling penting adalah ketika ia terjaga, ia juga harus memanfaatkan keterjagaannya.

===

“Apakah uang menggelisahkan hati orang berilmu ?”

Ia menjawab, “Orang yang hatinya berubah karena uang bukanlah orang yang berilmu.” (Al-Ghazali)

===

Siapa saja yang memiliki salju takkan mendapati kesulitan menukarkannya dengan berlian dan mutiara. Dunia ini mirip salju yang di panggang matahari, yang terus meleleh hingga sama sekali lenyap, sedangkan kehidupa akhirat seperti sebutir mutiara yang takkan pernah menyusut .

===

Jangan membeli permusuhan dari seseorang demi cinta seribu orang.

===

Dunia ini adalah jalan menuju kebahagiaan abadi dank arena itu ia baik—pantas dihargai dan di puji.

Yang buruk adalah apa yang kau lakukan dengan dunia saat kamu dibutakan pada kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh hasrat, hawa nafsu dan ambisi pada dunia.

Kesenangan dunia ini tidaklah membahayakan dengan sendirinya. Ia baru berbahaya ketika semua itu membuatmu lupa, tidak patuh dan melalaikan Tuhanmu.


===



Mencari tuhan ?



buat apa mengunci kandan setelah kudanya dicuri ? Apa gunanya ? kau nikmati dunia hingga menjadi tua renta. Kini kau katakan dunia ini tak nyata. Kini kau bilang hendak mencari tuhan—apa gunanya ??????

===

Jika seseorang mengatakan, “kamu benar-benar hebat !” dan ini lebih menyenangkanmu ketimbang ia mengucapkan, “betapa buruknya kamu !”, maka ketahuilah kamu tetap seseorang yang buruk.

===

Seorang pria berkata pada Junaid, “Sahabat sejati sungguh langka di jaman sekarang. Di manakah saya bisa menemukan seorang sahabat karena Allah ?”

Junaid menjawab, “Jika kamu menghendaki seorang sahabat yang bersedia mengurusmu dan memikul bebanmu, memang jarang sekali. Tapi kalau kamu mengiginkan sahabat karena Allah yang hendak kau pikul bebannya dank au tanggung deritanya, banyak yang bisa kukenalkan padamu.”

===

Ada yang mengatakan, “Syariah mewajibkan kita menjauhkan diri dari amarah, hawa nafsu, dan kemunafikan. Ini sungguh mustahil, sebab kita diciptakan dengan sifat-sifat itu inheren dalam diri kita. Sama saja anada menyuruh kami membuat hitam jadi putih.”

Orang lupa bahwa syariah tidak menyuruh kita mematikan gairah-gairah tersebut, melainkan menjaganya dalam batas-batas yang di perbolehkan sehingga, dengan menghindari dosa-dosa besar, kita akan memperoleh ampunan untuk dosa-dosa kecil.


===

Jiwa yang membeku



Jika kau mapu menjaga agar bayang-bayang diri-rendahmu tidak menimpamu, orang akan senang tinggal di bawah bayang-bayangmu.

==

Diri-rendah (nafs) senantiasa menghendaki agar orang mematuhi perintah moral hanya seperti yang ia jabarkan, mencintainya lebih dari apapun juga. Diri-rendah menginginkan orang lain takut padanya dalam segala situasi, menggantungkan harapan atas berkahnya, persis cara Allah menghendaki semua itu dari hambaNya.

==

Berbahagialah mereka yang menemukan kesalahan dalam diri mereka, dan bukan mereka yang menemukan kesalah pada orang lain.

==