Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani

Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan kerananya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memerhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bahagianmu menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya, dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).

Jumat, 23 Januari 2009

Rahasia Al-Qur'an

Alquran adalah mukjizat abadi Nabi Besar Muhammad saw. Adalah sangat istimewa, mukjizat abadi itu justru merupakan sebuah Kitab, dan dengannya Allah menutup kenabian. Tidaklah mengherankan apabila kemudian Alquran menjadi Kitab yang paling banyak dibaca orang, dikaji, dan ditelaah. Dan sungguh suatu "mukjizat" bahwa kajian-kajian tersebut senantiasa menjadikan orang semakin kagum dan ingin mengkaji lebih dalam.
Salah satu dari keutamaan Alquran, seperti seringkali dibicara­kan, adalah keindahan bahasanya (balaghah). Belakangan, para peneliti modern-dengan memanfaatkan kemajuan sains dan teknologi-mengungkap kenyataan baru tentang adanya hubungan makna antara kata-kata tertentu dalam Alquran, yang mempunyai frekuensi penyebutan yang sama banyak. Inilah yang kemudian disebut dengan i'jaz `adadiy (keajaiban dari segi bilangan).
Buku ini, Alquran dan Rahasia Angka-Angka, menguraikan sejarah penghitungan kata-kata dalam Alquran sejak masa salaf. Dengan merangkum hampir semua penelitian yang pernah dilakukan para peneliti terdahulu, penulisnya, Dr. Abu Zahra' An-Najdiy-dosen filsafat yang terkemuka di sebuah universitas di Syria-menge­mukakan banyak fakta baru yang sangat menarik, yang selama ini belum terungkapkan oleh peneliti lain.
Inilah buku yang paling lengkap dan paling mutakhir dalam bidangnya, yang penyusunannya sendiri, diakui oleh penulisnya sebagai "suatu mukjizat". Buku ini menjadi lebih istimewa, justru karena penulisnya saat ini tengah merampungkan buku keduanya, yang diakuinya karena tak kuasa menahan taburan pesona yang dipancarkan Alquran mukjizat, abadi Nabi kita saw.

Diterjemahkan dari buku aslinya
Min al-I'jaz al-Balaghiy WA al-'Adadiy li al-Qur’an al-Karim,
karya DR. Abu Zahra' An-Najdiy
terbitan Al-Wakalah AI-'Alamiyyah li At-Tawzi, 1990
Penerjemah: Agus Effendi
Penyunting: Tim Redaksi Pustaka Hidayah
Hak terjemahan dilindungi undang-undang
All rights reserved

Cetakan Pertama, Rabi N-Awwal 1412/September 1990Cetakan Kedua, Syawwal 1416/Maret 1996

Diterbitkan oleh PUSTAKA HIDAYAHJI. Rereng Adumanis 3l, SukaluyuTeIp./Fax. (022) 2507582
Bandung40123

Desain Cover: Art Ghaida
Pembuatan dalam bentuk ebook, belum se-izin pemegang copyright.Jika dirasa tidak bermanfaat dan merugikan, kami mohon maaf dan kami akan segera menghapusnya dari materi download di situshttp://www.pakdenono.com/




Perintah Mendirikan Shalat

Kata kerja perintah (fi'l al-amr) "aqim" atau "aqimu" (dirikanlah) yang diikuti dengan kata "shalat" disebut sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah rakaat shalat fardhu (17 rakaat). Yang mendukung hal demikian, adalah juga disebutkannya kata "fardh" dengan berbagai turunan katanya yang disebut sebanyak 17 kali rakaat shalat wajib dalam sehari semalam, yang juga sama dengan jumlah rakaat shalat fardhu. Ayat-ayat yang memuat kata shalat yang digabungkan dengan kata kerja perintah "aqim" atau "aqimu" tersebut adalah sebagai berikut:
Dan aqimu shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'-lah beserta orang-orang yang ruku'. (Al-Baqarah: 43).
.... Aqimu shalat dan tunaikanlah zakat .... (Ali Imran: 83).
Dan aqimu shalat dan tunaikanlah zakat ... (AI-Baqarah: 110).
.... "Tahanlah tanganmu dari berperang, aqimu shalat dan tunaikanlah zakat. " (An-Nisa: 77).
.... Kemudian apabila kamu telah merasa aman maka aqimu shalat sebagaimana biasa .... An-Nisa: 103).
.... Agar kamu aqimu shalat serta bertaqwa kepada-Nya .... (Al-An'am: 72).
.... Dan aqimu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87).
Dan aqimu shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebahagian permulaan malam ... (Yunus: 78).
Aqimu shalat dari setelah tergelincir matahari sampai gelap malam .... (Al-Isra: 78).
....Dan aqimu shalat untuk mengingat Aku. (Thaha: 14).
.... Maka aqimu shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kepada tali Allah .... (Al-Haj: 78).
Dan aqimu shalat, dan tunaikanlah zakat .... (Al-Nur: 56).
.... Dan aqimu shalat .... (Al-Ankabut: 45).
.... Serta aqimu shalat, dan janganlah kamu termasuk orang­-orang yang menyekutukan Allah. (Al-Rum: 30)
Wahai anakku, aqimu shalat dan suruhlah (manusia) untuk mengerjakan kebajikan .... (Luqman: 18).
.... Maka aqimu shalat .... (AI-Mujadilah: 13).
Dan aqimu shalat, tunaikanlah zakat .... (AI-Muzammil: 20).




Para Penghuni Surga

Ungkapan ashab al-jannah (para penghuni surga) dalam Al­Quran disebut sebanyak 12 kali. Yang dimaksud dengan surga ialah yang ditetapkan Allah bagi orang-orang yang benar, bukan surga dunia sebagaimana dimaksudkan dalam firman Allah SWT: "Sesungguhnya Kami uji mereka sebagaimana Kami uji penghuni­-penghuni surga …..." Surga yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah surga dunia. Ada pun pada ayat selain ini, surga yang dimaksud adalah surga yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba­Nya yang saleh. Kata ashab al-jannah yang disebut 12 kali, sama dengan banyaknya Khalifah sepeninggal Rasulullah saw., sebagai­mana disebutkan di dalam ayat-ayat berikut ini:
.........Dan orang-orang beriman serta beramal saleh, mereka itu para penghuni surga (ashab al -jannah). (Al-Baqarah: 82)
.........Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kemampuannya, mereka itulah para peng­huni surga (ashab al-jannah). (Al-A'raf: 42).
3. Dan para penghuni surga (ashab al-jannah) berseru ......... (AI­A'raf: 44)
......... Dan mereka menyeru penghuni surga (ashab al-jannah): "Limpahkanlah kepada kami sedikit air ......... (Al-A'raf: 50)
.........Dan mereka tidak ditutup: debu hitam, tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga (ashab al-jannah). (Yunus: 26).
...... Dan merendahkan diri kepada Tukan mereka, mereka itu adalah para penghuni surga (ashab al-jannah) (Hud: 23).
Sesungguhnya para penghuni surga (ashab al-jannah) pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yunus: 55).
Para penghuni surga (ashab al-jannah) pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (AI-Furqan: 24)
...... dan Kami ampuni kesalakan-kesalahan mereka, bersama para penghuni surga (ashab aljannah) ...... (Al-Ahqaf: 16)
Tiada sama penghuni neraka dengan penghuni surga (ashab al­jannah). (Al-Hasyr: 20)
...... para penghuni surga (ashab al-jannah) itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20)
...... Dan para penghuni surga (ashab al-jannah) berseru: "Salamun'alaikum" ...... (Al-A'raf: 46)





Orang-Orang Pilihan (Al-Musthafun) Setelah Rasulullah saw.

Kata ishthafa (memilih) berikut turunan katanya, dengan pengertian legitimasi Allah SWT kepada orang-orang pilihan dari dan atau bagi makhluk-Nya, disebut 12 kali dalam Al-Quran. Sesuai dengan jumlah pilihan Allah SWT sepeninggal Rasulullah saw. untuk menyelenggarakan pemerintahan di kalangan umatnya dan mewarisi Al-Kitab. Allah berfirman:
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu AI­Kitab itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya AIIah benar-benar mengetahui lagi Maka melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-kamba Kami; lalu di antara mereka (hamba-hamba, bukan di antara orang-orang pilihan) ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.... (Fathir:31-32).
Maka yang dimaksud dengan "sabiqu" (yang lebih dulu berbuat baik) adalah Imam yang dipilih dan diwarisi Kitab oleh Allah SWT; "muqtashid" adalah orang yang konsisten dengan kebijaksanaan Imam; sedangkan "dhalimu linafsihi" adalah orang yang keluar dari jalur Imam. Dalam pengertian seperti itulah, kata ishthafa berikut turunan katanya tercantum dalam ayat-ayat berikut:
..... Sesungguhnya Allah telah memilih (isthafa) agama ini bagimu ..... (AI-Baqarah: 132)
Sesungguhnya Allah telah memilih (isthafa) Adam, Nuh, keluarga Ibrahim. ..... (Ali Imran: 33).
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambanya yang dipilih-Nya (isfhafa) ... (AI-Naml: 59).
Kalau sekiranya Allah hendak memilih (isthafal) anak, tentu Dia akan memilih apa yang Dia kehendaki ...... (Al­-Zumar: 59).
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu (isthafaki), mensucikan kamu ..... (Ali Imran: 42)
..... dan melebihkan kamu (wasthafaki) atas segala wanita di dunia ( yang semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42).
..... Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya (isthafahu) (menjadi rajamu) dan menganugerahinya ilmu yang luas serta tubuh yang perhasa . . . (Al-Baqarah: 247).
..... sesungguhnya Aku mernilih (melebihkan) kamu (ishtha­faituka) dari manusio yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku ..... (Al-A'raf: 144)
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih (isthafaina) di antara hamba-hamba Kami ..... (Fathir: 32).
..... dan sesungguhnya Kami telah memilihnya (isthafainahu) di dunia (AI-Baqarah: 139).
Allah memilih (yasthafa) utusan-utusan-Nya dari Malaikat dan dari manusia. (Al-Haj: 75).
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan (Al-musthafin) yang paling baik (Shad: 47).